Pembunuhan Di Mesopotamia (Murder In Mesopotamia, 1936)


Jawaban tadi memang cocok dengan fakta-fakta fisik, tetapi tak dapat memenuhi-syarat syarat psikologis... (hal.361).

Ekspedisi di Irak. Penggalian arkeologi. Hercule Poirot benar sekali ketika bilang bahwa suasana sebuah kelompok tergantung pemimpinnya. Sudah dua tahun ekspedisi yang dipimpin oleh arkeolog Dr. Erick Leidner berjalan riang, hingga kemudian mendung bergelayut di lokasi penggalian. Louise, istri sang arkeolog mulai mendapat surat kaleng. Kemungkinan datang dari masa lalu atau dari keluarga mantan suami pertamanya. Louise memang jenis wanita yang bikin laki-laki mudah jatuh cinta. Pesonanya meruntuhkan laki-laki sekuat apapun. Seorang laki-laki akan tega membunuh untuk mendapatkan cintanya. Namun Louiselah justru yang akhirnya terbunuh....

Hercule Poirot yang sedang berada di Suriah menyempatkan diri berkunjung ke lokasi penggalian. Dengan cepat akrab dengan Amy Leatheran, perawat Louise. Amylah yang pertama kali memastikan kematian Louise. Tak lama kemudian anggota ekspedisi lainnya, Nona Johnson menyusul terbunuh. Saat sekarat, dia sempat merintihkan kata...jendela!...jendela!. 

Setiap orang punya alasan untuk membunuh Louise. Namun bagi Poirot, Louise mati karena cinta. Nona Johnson yang tiba-tiba tersadar akan makna sebuah adegan, langsung tewas dibungkam. Namun membaca apa yang tersurat di permukaan saja tidak cukup membawa pemecahan masalah. 

Seseorang bangkit dari kematian di masa lalu. Yang lain memalsukan identitasnya. Seorang istri mulai jatuh cinta pada lelaki lain. Seorang pastor yang tingkah lakunya tidak Kristen. Seorang pencuri benda benda arkeologi yang menyamar turut memperkeruh suasana. Semuanya berkelindan dalam situs penggalian yang mulai panas. Namun sekali lagi Poirot yakin, Louise mati karena cinta.....

Saya akan termasuk orang yang merekomendasi untuk membaca novel ini. Sekali lagi Agatha menunjukan kelasnya. Metoda pembunuhan yang dilakukan : absolutely genius !

Behind The Story

Dalam dunia nyata, saya belum menemukan metoda pembunuhan seperti yang dipraktekkan Agatha dalam novel ini (kali ini tidak ada spoil, janji). Entah dari mana Agatha mendapat idenya. Mungkin setelah melihat rumah gurun yang rata-rata beratap datar, dengan tingkap (jendela) untuk pencahayaan dan udara. Rumah gurun memang rata-rata beratap datar dan memiliki dua lantai. Mereka tidak memerlukan atap miring seperti kita di daerah tropis karena di sana memang jarang sekali hujan. Lantai kedua rumah dijadikan buffer udara di siang hari karena begitu menyengatnya udara gurun. Jadi di siang hari mereka ngadem di lantai pertama. Di daerah gurun, kebanyakan acara sosial yang melibatkan banyak orang juga dilakukan di malam hari. Orang orang Arab keturunan generasi kesekian di sini masih melanjutkan tradisi ini. Saya pernah diundang ke resepsi pernikahan keluarga keturunan Arab pada malam hari. Sesuatu yang agak berbeda dengan pola kebanyakan masyarakat kita.

Kembali ke kasus Agatha. Saya tidak begitu yakin metoda pembunuhan kali ini akan berhasil membunuh dengan seketika korbannya. Selebihnya adalah pola favorit Agatha untuk mengaduk-aduk masa lalu demi menjelaskan motivasi pembunuhan di hari ini. Dan untuk menambah 'parah' suasana, berbagai kepentingan dibubuhkan sehingga seolah olah setiap orang mempunyai potensi untuk membunuh.

Percayalah, salah satu yang membuat begitu banyak orang yang kecanduan bacaan Agatha adalah seting suasana berbeda-beda yang ditawarkan. Agatha menjadikan seluruh dunia sebagai panggung dramanya (memang belum ditemukan Agatha menjadikan Indonesia sebagai latar cerita seperti Karl May). Terutama bekas koloni atau bertalian erat dengan Inggris di masa lalu seperti India, Mesir, Argentina, Afrika Selatan, karibia, dan Australia. Kali ini Iraq menjadi pilihan si nenek. Mungkin karena selain Mesir, Iraq adalah tempat tak ternilai untuk situs penggalian arkeologi.

Terakhir, Agatha berhasil menciptakan tokoh Louise. Tipe wanita cantik dengan kepribadian rumit dan daya tarik tak termakan usia. Saya yakin wanita seperti ini banyak juga di lingkungan kita. Mereka ramah namun tinggi hati, egois dan mestinya matere. Kesemuanya diramu dalam frasa sex appeal, sesuatu yang George Harrison dari The Beatles menuangkannya dalam something. Mereka cendenrung over confident untuk melakukan ritual kawin cerai karena yakin selalu ada laki-laki lain yang akan bertekuk lutut di kaki mereka. Padahal tidak setiap lelaki pintar. Yang bodohlah kemudian yang membunuh sang dewi cinta. Karena mereka itu mahluk posesif. Laki-laki pintar akan berpikir dua kali untuk membunuh. Mereka lebih suka datang ke pengadilan. Dengan surat gugatan cerai.

5 komentar:

  1. bagi saya, inilah novel agatha Christie yang terbaik.

    BalasHapus
  2. salam kenal... aku juga suka novel2nya Agatha :))))

    BalasHapus
  3. Seharusnya aku sdh ngerti siapa pembunuhnya ya, tp kok ya baik terlupakan kalo suaminya sendiri ya. Agatha Christie memang cerdik sekali.

    BalasHapus
  4. Ini walaupun fiksi ya.. Bs buat pelajaran memang fakta bila musuh dari kita adalah yg paling dekat dengan kita.

    Btw gua org biasa yg kemudian membaca novel ini( murders in mesopotamia) jadi kecanduan(dlm arti yg baik). Bisa jadi referensi untuk mahasiswa like me. Ini recommended bngt untuk penggila misteri.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Peringkat Novel Agatha Christie

Saya benci pemeringkatan. Apalagi bila menyangkut penulis favorit Agatha Christie. Tetapi pemeringkatan menjadi keniscayaan - bukankah setiap pencipta agung mempunyai masterpiece? Dan mengenali sebuah masterpisece adalah tugas seorang reviewer. Maka saya menyematkan **** alias empat bintang untuk karya masterpiece, *** tiga bintang untuk karya 'out of the box', ** dua bintang untuk karya kategori bagus, dan satu bintang * untuk karya standar Agatha. Tentu saja ini subyektif, pendapat anda lebih benar. Klik di sini untuk melanjutkan.