Skandal Perjamuan Natal (The Adventure Of Christmas Pudding, 1960)

Perjamuan Natal yang sesungguhnya. Di tengah hujan salju yang lebat, gemeretak api perapian, dan tentu saja hidangannya. Puding adalah hidangan penutup, dan tradisinya adalah memasukkan benda-benda 'usil' ke dalamnya. Orang yang terkena jebakan menjadi bahan olok-olokan untuk menghangatkan suasana. Namun apa urusannya kehadiran seorang Poirot di tengah perjamuan natal? Dan apa hubungannya sampai Jane Marple harus pergi ke Genoa Italia? Hanya untuk mengunjungi rumah tua macam Green Shaw's Folly? Bukan, malah dia bilang payudara wanita sekarang bisa dibikin besar dengan cepat...

Persemakmuran, bagaimanapun menjadikan Inggris menjadi sentral kemakmuran, dan juga sentral masalah. Salah satu negara persemakmuran berencana mengadakan acara pernikahan kerajaan. Namun sang pangeran yang ceroboh telah menghilangkan pusaka kerajaan, permata delima. Tanpa pusaka kerajaan, akan terjadi kekacauan politik. Poirot diminta melacak dan menemukan permata dimaksud. Perjamuan Natal di Kings Lacey hanyalah drama dibalik rebutan permata.

Kejutan sebenarnya adalah untuk pertama kalinya Hercule Poirot dan Jane Marple tampil bersama dalam satu buku. Memang belum dalam satu panggung, seperti diharapkan banyak orang. Mungkin takkan pernah terjadi... Novel ini terdiri dari 6 cerita pendek yaitu skandal perjanjian natal, misteri peti Spanyol, Yang tak diperhitungkan, buah blackberry, mimpi, dan Green Shaw's Folly. Cerita terakhir milik Jane Marple.

Cuman, ada catatan kecil yang cukup mengganggu. Setahun sebelumnya ( 1959) Agatha merilis Cat Among The Pigeons yang menceritakan permata delima dari sang pangeran Timur Tengah. Tahun berikutnya (1960), novel ini diawali juga dengan kasus permata delima, milik pangeran Ali. Sepertinya tahun tahun 50an Agatha Banyak lupa. Lupa yang serupa terjadi lagi pada plot Miss Marple's final case tahun 1979 yang sepertinya mirip banget dengan plot pada Endless Night 1967. Mirip banget.

Behind The Story

Mumpung lagi sepanggung, ada baiknya kita menelaah siapa yang sebenarnya lebih jago di antara kedua tokoh ini.



Ya siapa lebih jago, Hercule Poirot atau Jane Marple? Kepada siapa sang penulis Agatha Christie menjatuhkan pilihan? Mungkin sebagian pembaca cenderung menjagokan Hercule Poirot. Tapi benarkah orang Belgia ini lebih hebat ketimbang sang perawan tua warga St. Mary Mead, sebuah desa kecil yang damai di Inggeris ini?

Kita bisa membandingkan keduanya dalam memecahkan kasus kasus dalam novel Poirot Investigates (1924) dan Thirteen Problems (1932)-nya Jane Marple. Poirot yang selalu membanggakan sel sel kelabu otaknya atau Miss. Marple yang dengan tersenyum selalu berucap aku jadi teringat kasus.....

Dari jarak ratusan kilometer, Poirot dapat memecahkan kasus pembunuhan hanya atas dasar laporan laporan yang Kapten Hastings kirim kepadanya. Jane Marple tak kalah hebat. Ia dapat memecahkan kasus demi kasus bahkan dengan tidak beranjak dari kursi duduknya sambil merajut sulaman, nah......
Poirot bekerja dengan sel sel kelabu otaknya sehingga dapat menebak dengan jitu keberadaan seorang Perdana Menteri yang diculik, sedang Jane Marple dapat mengenali seorang pembunuh hanya dengan melihat wajahnya. Canggih.....

Seorang bekerja dengan kekuatan otaknya, yang lain dengan intuisinya. Yang seorang pongah dengan segala kelebihannya, bibi Jane hanya seorang wanita dengan suara lembut. Si kepala bulat telur selalu mabuk bila berpergian dengan kapal laut, sementara Miss. Marple menghabiskan sebagian besar sisa hidupnya di desa pedalaman yang kebanyakan berisi pensiunan juga.....

Poirot berkantor di kota London, di sebuah kawasan prestisius bersewa mahal, sementara Jane setia dengan topi-topinya seperti kebanyakan wanita Inggris. Dua-duanya tak pernah dikabarkan menikah. Tapi tahu banyak tentang seluk beluk pernikahan. Si Kumis memuja keteraturan, Miss. Marple lagi lagi berkata, " berdasar pengalamanku..... "


Hmmm, siapa yang lebih hebat, anda yang menentukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Peringkat Novel Agatha Christie

Saya benci pemeringkatan. Apalagi bila menyangkut penulis favorit Agatha Christie. Tetapi pemeringkatan menjadi keniscayaan - bukankah setiap pencipta agung mempunyai masterpiece? Dan mengenali sebuah masterpisece adalah tugas seorang reviewer. Maka saya menyematkan **** alias empat bintang untuk karya masterpiece, *** tiga bintang untuk karya 'out of the box', ** dua bintang untuk karya kategori bagus, dan satu bintang * untuk karya standar Agatha. Tentu saja ini subyektif, pendapat anda lebih benar. Klik di sini untuk melanjutkan.