Pembunuhan Di Sungai Nil (Death On The Nile, 1937)


Linnet Ridgeway pada usia 20an bukan hanya cantik, tapi juga kaya raya. Dengan rambut pirangnya, dia melenggang  turun dari Roll Royce dan membuat warga Malton Under Wode terbelalak. Di tempat itu rencananya Linnet akan membangun istananya. Apa sih yang tidak bisa di beli dengan uang? Bahkan cinta pun bisa dibeli dengan uang. Adalah Simon Doyle, yang dipilih menjadi pendamping hidupnya. Padahal saat itu Doyle masih menjadi pacar Jacquiline De Belleford. Jacquiline yang orang Perancis itu masih temanya si Linnet lho.... (hmm, teman makan teman?). Tapi, sekali lagi, uang bicara. 

Namun sebelum merenda mahligai rumah tangga di Under Wode, pasangan ini sepakat menghabiskan bulan madu di Timur Tengah. Acara bulan madu dilangsungkan di atas kapal pesiar yang menyusuri sungai Nil di Mesir. Sebuah romansa tak habis habis. Kisah Cinderala dan Pangeran tampannya. Kisah klasik pernikahan ala para bangsawan. Namun di atas sungai Nil, Linnet tewas terbunuh....


Pada saat kejadian pembunuhan, Hercule Poirot yang kebetulan berlayar dengan kapal yang sama, dikerjain dengan cara dibius. Seseorang membubuhkan obat tidur dalam wine yang diminumnya. Belum lepas kekagetan para penumpang, dua orang lagi menyusul terbunuh. Ada pembunuh berkeliaran di atas kapal pesiar! Ditengah desir angin padang pasir dan riak air sungai Nil, Poirot dituntut menjelaskan ihwal kematian Linnet Doyle. Dengan lugas M. Poirot berkata:

...Seorang laik laki Inggris... sebenarnya malu memperlihatkan kemesraan di depan umum ( hal. 334).

Pernyataan itu ditujukan pada pasangan Doyle. Aroma cinta segitiga tercium mewarnai pembunuhan sang selebriti. Drama yang terjadi diatas kapal telah diskenariokan sejak lama. Seorang pria tampan yang  sedang morat marit namun berdarah dingin, plus seorang wanita sakit hati yang jenius merupakan paduan yang mematikan. Poirot harus adu cepat, sementara perahu terus melaju mendekati tujuan akhir.


Ketika saya melihat tahun pembuatan yang 1937 itu, makin yakin lah bahwa novel novel terbaik Agatha memang berada sekitar tahun 20an dan 30an. Bukan hanya kekuatan pembunuhan yang masih trengginas dan liar, tetapi setting cerita dibikin eksotik sehingga pembacanya dibikin ketagihan, lagi dan lagi.

4 komentar:

  1. Baru pertama kali saya bisa menebak Pembunuhnya yaitu di buku ini.

    BalasHapus
  2. Intinya cinta dapat membodohkan seseorang dan dapat melakukan apapun itu demi cinta. Sesuai dengan kata pepatah "Cinta itu BUTA karena Cinta itu tidak bisa di lihat oleh MATA sebab Cinta itu Tentang RASA"

    BalasHapus
  3. Saya sudah lupa ending dari novel ini,sudah lama sekali saya ketika terakhir membacanya,nunggu live actionnya aja bulan Oktober tahun ini.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Peringkat Novel Agatha Christie

Saya benci pemeringkatan. Apalagi bila menyangkut penulis favorit Agatha Christie. Tetapi pemeringkatan menjadi keniscayaan - bukankah setiap pencipta agung mempunyai masterpiece? Dan mengenali sebuah masterpisece adalah tugas seorang reviewer. Maka saya menyematkan **** alias empat bintang untuk karya masterpiece, *** tiga bintang untuk karya 'out of the box', ** dua bintang untuk karya kategori bagus, dan satu bintang * untuk karya standar Agatha. Tentu saja ini subyektif, pendapat anda lebih benar. Klik di sini untuk melanjutkan.