Buku Catatan Josephine (Crooked House, 1949)


Bagaimana mungkin seorang anak perempuan belasan tahun bisa terlibat dalam pembunuhan? Hal ini menimpa keluarga Leonides, keluarga Yunani yang sudah tiga generasi menghuni Crooked House. Adalah Aristide Leonidas, sang godfather yang mengantarkan keluarga ini pada puncak kejayaannya. 

Cerita bermula kala Charles Hayward, bujangan Inggris tulen, jatuh hati pada Sophia Leonides, cucu Aristide. Hubungan mereka agak terganggu akibat kematian Aristide, yang dicurigai dibunuh. Sophia memutuskan untuk menunda pernikahan sampai kasus yang menimpa kakeknya menjadi jelas. Alih-alih terpecahkan, seorang lagi anggota keluarga terbunuh. Sang nenek dan guru home schooling keluarga Leonides ditahan polisi karena surat cinta terlarang mereka ditemukan. Namun sebuah buku harian mengungkapkan siapa sesungguhnya pelaku pembunuhan...


Di luar kebiasaan, Agatha memberikan pengantarnya untuk novel ini. disebutkan bahwa: buku ini salah satu buku favorit saya... salah satu yang terbaik. 

 “Practically everybody has liked Crooked House, so I am justified in my own belief that it is one of my best”.

Belum pernah Agatha memuji hasil karyanya sendiri seperti ini. Sumber lain menyebutkan Ordeal by innocent (Mata Rantai yang Hilang, versi Indonesianya) disebut juga dipuji seperti ini. Boleh tak sependapat. Bagi kebanyakan penggemar Agtha, mungkin buku ini terlalu 'standar' untuk dikategorikan salah satu yang terbaik. Masih ada 'Murder on the Orient Express,' atau 'Murder of Roger Ackroyd' yang lebih berkibar. Atau mungkin 'Death on the Nile' yang sudah difilmkan itu. Yang mungkin dianggap istimewa dan membedakan dengan novel lainnya adalah pembunuhnya yang masih di bawah umur. Dengan kecerdasan kriminal yang melampaui usianya. Agak tak enak menokohkan seorang anak belasan tahun menjadi pembunuh yang bahkan bisa mengelabui polisi. Tapi ini dunia Agatha.

Seperti biasa, metode pembunuhannya sebenarnya sangat sederhana. Penyakit diabetes yang diderita Aristide menyebabkan dia harus disuntik insulin secara teratur setiap harinya. Rupanya ini yang memberi inspirasi kepada si pembunuh untuk menukar insulin dengan eserin yang sebenarnya obat mata. Jadilah Aristide keracunan eserin. Jalan ceritalah yang dibikin rumit.

Oh ya, masih penasaran seperti apa 'The Croocked House' itu? Kalau meilhat penggambarannya dalan film yang berjudul sama produksi tahun 2017, ini layaknya rumah-rumah besar milik aristokrat Inggris pada masa kejayaannya. Dengan banyak kamar, lukisan mahal, lapang rumput luas, dan menara-menara disana-sini. Nama Crooked House sendiri ternyata di ambil dari lagu rakyat yang populer pada abad 20 di Inggris yang berjudul 'There Was a Crooked Man' :



There was a crooked man, and he walked a crooked mile.
He found a crooked sixpence against a crooked stile.
He bought a crooked cat, which caught a crooked mouse,
And they all lived together in a little crooked house.

11 komentar:

  1. Ini adalah komentar komentar yang masuk di Resensi Buku ala Esa terhadap resensi Buku Catatan Josephine :

    Yuli17 Januari 2012 05.27
    Saya setuju dgn mas Esa, meskipun Agatha menyukainya, sy sendiri pada dasarnya agak kurang suka menempatkan seorang anak kecil sebagai pembunuh. Tapi saya jg setuju dgn pendapat Agatha yg sering bilang bahwa jiwa yg rusak itu udah rusak dr sononya. Saya percaya seperti halnya bayi yg dilahirkan cacat fisik,maka mental,kepribadian,atau bahkan moral bisa cacat dr sononya. Bukan berarti Allah tdk adil, tp saya menganggap itu semacam ujian dr Allah. Seperti misalnya org yg cacat fisik misal tdk melihat atau tdk mendengar,Allah menguji apakah manusia tersebut bisa sabar dalam menghadapinya. Begitu juga manusia yg lahir dgn cacat moral atau kepribadian misalnya kecenderungan utk mencuri atau menipu atau bahkan membunuh seperti si Josephine,maka Allah sedang mengujinya apakah manusia tersebut mampu menahan diri dan melawan kecenderungan kriminalnya tersebut atau malah mengikuti dorongan kriminalnya itu. Begitu menurut saya.

    BalasHapus

    Esa Nugraha Putra20 Januari 2012 06.15
    Dear mbak Yuli. Saya setuju dan tidak setuju. Saya setuju bahwa mbak setuju kita kurang suka tokoh kriminal yang demikian sadis pada usia yang masih belasan.

    Saya kurang setuju dengan pendapat ada jiwa yang memang rusak dari sononya. Saya kira Allah sudah dengan fair merilis setiap jiwa dalam keadaan putih bersih.

    Adapun jiwa yang putih bersih itu menjadi rusak, adalah pertama tama lingkungan keluarganyalah yang harus bertanggung jawab.

    BalasHapus



    Hapus

    BalasHapus
  2. Esa Nugraha Putra20 Januari 2012 06.26
    nyambung ya...
    Pada dasarnya setiap anak yang sedang tumbuh hanya meniru. Apakah Tuhan tidak fair dengan menempatkan bayi bayi yang lahir pada lingkungan yang berbeda?

    Tidak juga. Entah bagaimana, setiap orang diberi kesempatan untuk memilih jalan hidup, dan konsekuensinya.

    Sampai di sini saya bingung.

    BalasHapus

    Yuli16 Februari 2012 06.41
    Hehe.. iya jg sih mas, soal takdir dan nasib ini emang misteri Ilahi. Dalam agama pun ada beberapa pendapat apakah jalan hidup yang ditempuh manusia itu pilihan manusia masing2 atau sdh ditetapkan Allah ga bisa diubah. Pusing ah, mending baca Agatha lg ah...

    BalasHapus

    Anonim22 Februari 2012 12.16
    hmmmm.. kalian ini penggemar Agatha Christie atau bukan..? udah baca buku nya belom?

    Harus nya ngerti klo yang di maksud (Jiwa yang rusak...bla bla bla) itu bukan berarti Tuhan ciptain si Josephine itu dari sono nya jahat. Yang di maksud itu, Josephine diciptain cacat mental nya, n org cacat mental itu gampang banget ngelakuin sesuatu yg dia anggap benar.. n karena cacat mental itu makanya dia biasa aja waktu bunuh org..

    klo kalian penggemar Agatha, n bukan org yg BARU PERTAMA X baca karya nya.. pasti kalian tau klo Agatha suka pake ungkapan2 di karya nya.. n Jiwa yg rusak... ini salah satu nya.
    jangan asal di maknai mentah2... kecuali klian para PENGGEMAR dadakan yang baru baca 1 novel lgsg merasa tau ttg Agatha..

    prnh tau ato mgkn prnh ngerasain ga? di setiap org itu ada sisi kejam? ga usah munafik, di masing2 kalian pasti prnh benci sama seseorg n blg dlm hati (coba klo dia mati aja)..nah cacat mental nya si Josephine ini mendukung dia utk ngelakuin pembunuhan.. ga usah jauh-jauh, di Indonesia ada kan kasus2 yg di lakuin sama anak kecil,jd masuk akal kan klo josephine yang mental nya terganggu juga bisa bunuh org?

    n klo masalah dia bisa ngelabuin polisi, aku rasa itu masuk akal.. cara pikir anak2 kadang2 lebih cerdas daripada org dewasa yg mikir semua di dunia ini serba ribet, pdhl semua sederhana.. dan lagi pula, dia itu DIKECUALIKAN.. sekali lagi, DIKECUALIKAN oleh polisi karena polisi di cerita ini berpikiran PAYAH seperti kalian, (anak kecil tidak mungkin membunuh)!! dan lagi polisi disini, seperti yg aku blg ttg org dewasa td, suka mikir hal yang serba ribet, seperti motif. Padahal josephine bunuh org cm karena hal2 sepele kan? karena itu dia ga prnh di jadiin tersangka! karena motif nya sepele..

    Jadi aku simpulkan disni, kelemahannya bukan berada pada cerita Crooked House, atau Catatan Josephine, atau Josephine's Diary atau Agatha sendiri. Kelemehan terbesar nya dsini adalah cara kalian berimajinasi.

    n tolong yg meresensi, klo belom mengerti isi buku ini, jangan bikin resensi yang merusak citra buku ini..

    Klo Agatha sang Queen of Crime merasa ini salah satu diantara 2 karya terbaiknya, kenapa anda harus merasa sebaliknya? klo memang harus memunculkan kelemahan dalam sebuah resensi, sebaiknya munculkan sesuatu yang lebih nyata. mungkin akhir ceritanya yang kurang memuaskan.. ato mungkin terlalu banyak adegan percintaan dan lain sebagainya..

    terima kasih..

    Tertanda,
    odie
    Penggemar Agatha Christie n Hercule Poirot.

    BalasHapus

    BalasHapus
  3. Anonim22 Februari 2012 12.26
    oh iya, aku mau nambahin..

    salah satu alasan knp Agatha blg ini salah satu karya terbaik n yg dia suka.. adalah karena Agatha, dalam ceritanya, telah menciptakan seorang pembunuh yang belum ada sebelumnya, pembunuh yang jejak nya bahkan tidak terlacak oleh siapa pun, yaitu seorang anak kecil!

    Agatha bangga dengan reaksi org ketika mengetahui bahwa pembunuhnya adalah seorang Josephine!

    "Jika sejak awal anda tidak mencurigai Josephine, maka anda sama naif dan bodohnya dengan polisi"

    "Jika anda sejak awal mencurigai Josephine, maka periksakan diri anda ke Psikiater"

    Odie,
    Penggemar agatha & hercule poirot

    BalasHapus

    Yuli10 Mei 2012 06.04
    Lha si josephine jg cacat mental dr sononya kan, ga dceritain krn kecelakaan ato apa, mknya lo tuh yg mesti bc bener2, jgn sgala sesuatu diartikan bgitu aja. N jgn begitu aja disebut cacat mental krna cacat mental itu kan ada mcm2. Menurutku sih mungkin lbh tepatnya kecenderungan utk melakukan tndk kriminal. Dan AC memang beberapa kali menampilkan tokoh2 yg memang memiliki kecenderungan kriminal sejak kecil seperti tkh pembunuh d Malam Tanpa Akhir, Victor Drake d Kenangan Kematian, pembunuh d Menuju Titik Nol,pembunuh d Misteri Burung Hitam, dan msh bnyk lg. Mereka umumnya dr kecil sdh sering membuat masalah. Ada yg karena menginginkan materi, hdp nyaman, atau yg karena mereka bersifat pendendam. Itulah yg dmaksud jiwa yg rusak dr sononya. Mereka memang punya kecenderungan utk melakukan tndk kriminal dan mudah tergoda utk melakukannya, pdhl mereka umumnya datang dr keluarga baik2, hidup d lingkungan yg baik n mendapat pendidikan yg baik. Klo dsebut cacat mental yg mengakibatkan seperti itu, bnyk jg org yg cacat mental hidup baik2, tau yg benar yg salah. Makanya lo tuh yg jgn memaknai mentah2. Memang tiap org pasti punya sisi kjm, tp lo pasti udah baca donk klo Agatha sering bilang bahwa pada org normal ad semacam rem atau kendali diri yg secara otomatis menahannya utk mewujudkan dlm bentuk tindakan. Misalnya kita membenci seseorang dan bilang kalo dia lbh baik mati. Tp umumnya kita cuma ngomong doang ga terus beneran bunuh org tersebut. Beda sama org2 tadi, kalo mereka berniat membunuh maka niat tersebut terus dilaksanakan karena rem kendali diri mereka tidak berfungsi. Pada kenyataanya d Indonesia jg ada kasus2 seperti itu, anak kcl yg melakukan tindak kriminal, tp tetep aja hati nurani kita miris mendengarnya, kecuali lo ga punya hati nurani n merasa biasa aja mendengar anak2 melakukan tindak kriminal. Oya kalo ga mencurigai josephine berarti naif, mending naif donk daripada musti diperiksa psikiater. Kan justru klo sejak awal mencurigainya, hrs diperiksa psikiater karena ada kemungkinan anda jg punya sifat kejam dan kecenderungan membunuh hingga bisa mengenali sifat itu pada si josephine. Dan klo lo dan Agatha punya pendapat berbeda sama kita emang kenapa? Apakah AC itu Tuhan yg kt2nya adlah hukum? Boleh aja donk kita punya pendapat sendiri. Aku kira Agatha sbagai penulis udah biasa menerima kritik, kenapa lo yg sewot? Justru memberi pujian atau kritik bukti kecintaan dan perhatian terhadap kerya2nya. N lo mesti tau, ak udh baca 80 judul novel2nya n mengoleksi semuanya. Terima kasih.

    BalasHapus

    BalasHapus
  4. kiki5 Desember 2012 07.13
    kalau saya pribadi sih setuju kalo ini salah satu karya terbaik agatha christie . mengenai dijadikannya anak usia 12 tahun sebagai pelaku memang mengejutkan tapi justru itulah alasannya , menurut saya , buku ini jadi salah satu yg terbaik .

    mengenai josephinenya sendiri , buat saya tidak heran kalo melihat sejarah perilaku keluarganya . soalnya kita tahu sifat dan kepribadian juga bersifat nature . ditambah lagi josephine selalu berada di lingkungan rumahnya dan tidak bergaul keluar . sehingga dia mendevelop perilaku kejamnya secara tidak hanya nature tapi juga nurture . sehingga lengkaplah sudah josephine sebagai seorang psikopat atau dalam psikologi antisocial personality disorder (tapi karena josephine masih dibawah 18 tahun , jadi diagnosanya conduct disorder)

    dan orang seperti josephine yg menderita gangguan macam ini memang "tidak punya rem" karena dia tidak bisa merasakan empati dan simpati pada orang lain . dia tidak punya rasa bersalah .

    dan dari awal memang udah ada clue dari agatha mengenai kecenderungan "kekejaman" baik dari pihak keluarga nenek josephine dan juga kakeknya . yg satu sering nyerempet melanggar hukum dan satu lagi suka bertindak kejam . dan dari anggota keluarga lain tidak ada yg terlihat kebagian 2 sifat "menyimpang" tersebut . jadi memang kalo jeli harusnya bisa menduga pelakunya josephine .

    kalo gag curiga sama josephine wajar karena mind set kita secara reflek akan mikir "gag mungkin anak kecil yg melakukan"
    tapi kalopun curiga sama josephine bukan berarti harus ke psikiater atau juga sama kejamnya , tapi karena emang toh agatha sudah menebar clue dari awal . asal jeli teliti dan paham saya rasa semua orang bisa menebaknya ~

    BalasHapus
    Balasan

    Esa Nugraha Putra23 Desember 2012 19.28
    wah jadi rame nih. Pikir pikir Agatha memberikan 'clue' yang agak rasialis bukan cuma di novel ini saja. di 'Dumb Witness (1937)' Agatha mengatakan hal serupa terhadap orang Yunani dan juga Yahudi. Kalau masalahnya keturunan, lagi lagi saya akan menggugat Tuhan. Mengapa ada keturunan baik, dan mengapa ada keturunan jahat. Bukankah sekali lagi Tuhan bermain tidak fair dalam hal ini.Jadi menurut saya setiap silsilah punya kebaikan dan keburukan, plus minus lah.Yang salah bukan Tuhan, tapi kita yang sering menghakimi, atau membuat stereotip. Di antara anak bangsa saja kita sering mendengar stereotip yang miring kepada suku Batak, Jawa, Madura, Minang,atau suku saya (katanya suku Sunda gemar kawin?).Dan karena perkara ini saya luar biasa berang kalau ada yang menyebut bangsa saya 'indon'. But anyway, I Love Agatha. Kalau saya kurang suka novel Agatha yang ini bukan karena saya orang Sunda.

    Hapus

    Esa Nugraha Putra23 Desember 2012 19.31
    Apalagi kalau dikatakan orang Sunda yang sakit jiwa.

    BalasHapus
  5. seru sekali perdebatannya, kalau saya boleh tebak sih, agatha hanya senang akan "sensasi" nya yg mengejutkan dari cerita ini, mungkin juga dia menikmati merapikan plot demi menyembunyikan si "josephine". sama seperti beberapa pembunuh kontroversial seperti lalu2 ; si narator sendiri, 12 org pembunuh, atau org yg sudah terbunuh..something like that, soal teori knp seorang anak bisa jadi pembunuh AC sih, tinggal menyerahkannya pada psikiater, dokter, dan teori2 keilmuan...hahaha..kecuali ini sains fiksi..

    BalasHapus
  6. Kali ini beda pendapat nih sama Ani. Bukan masalah sensasinya. Tapi mungkinkah anak sekecil itu membunuh? dan kenapa?

    Kalau bicara mungkin... mungkin saja. Dalam kehidupan nyata ada juga pelaku kriminal pembunuh yang masih kanak kanak. Tapi, kenapa ? Apakah dipengaruhi kehidupan sosial, atau rusak dari sononya. Pendapat terakhir yang saya tentang. Itu sama seperti menyalahkan tuhan.

    Nah, kalau memang karena pengaruh kehidupan sosial atau keluarga, kita lagi lagi berhadapan dengan masalah baru. Kenapa Agatha memilih background keluarga Yunani. Bukan keluarga Inggris, misalnya. Saya curiga dari awal, Agatha memang bersikap rasial kalau menyangkut Yunani atau Yahudi.

    Begitulah, kenapa resensi ini jadi rame.

    BalasHapus
  7. Knp tidak anak2 itu bs mmbunuh? Kl anda tau kasus James Bulger anda akan mengerti kl kemungkinan mereka utk membunuh itu ada.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bisa cerita sedikit apa itu kasus James Bulger, mbak Anny Tjoa?

      Hapus
  8. Saya sih lebih ngeliat dari latar belakangnya aja. Tahun pas Agatha Christie menerbitkan novel ini (1949) adalah tahun yang sangat baik buat beliau. Penggalian Nimrod suaminya berhasil yang mengukuhkan nama Max Mallowan sebagai salah satu arkeolog yang diakui, puterinya menikah, trus Mary Westmacott ketahuan sebagai alter egonya Agatha Christie. Yang terakhir sih gak tahu apakah baik atau buruk bagi AC. Tapi beliau sendiri kan bilang kalau karya yang menurutnya bagus dan dia suka, mungkin berbeda bagi penggemarnya. Pastinya, karya ini, beliau sangat menikmati proses penulisannya. Begitu juga dengan Ordeal by Innocent dan Endless Night yang beliau bilang senang sekali dengan karya tersebut. Tapi bagi penggemarnya, Endless Night justru kurang karena trick yang dipakai sudah pernah dikeluarkan.

    Saya kira yang bikin perdebatan seru diatas itu karena penulis postingan ini menulis 'Agatha Christie memuji', karena setahu saya Agatha Christie tidak mengatakan ini karya terbaiknya, tapi dia menyatakan bahwa ini karya Favoritnya. Dan waktu itu beliau belum menulis Endless Night. Kalau gak salah, kutipan wawancaranya adalah:
    'Yes, Crooked House is one of my favourites. But I Had difficulty with that one. The publishers wanted me to change the end... but that's how I'd written it; and some things you can't change'

    Mengenai kenapa insulin ditukar dengan eserine,saya pikir justru itu perfect. Kan si Josephina gak tau kalau cuma diganti air saja bisa mematikan. Dia hanya tahu kalau diganti obat tetes mata, dan pernah diperbincangkan di keluarganya, itu bisa mematikan.

    BalasHapus
  9. Saya ngga baca novelnya tapi nonton filmnya doank, dari awal munculnya josephine saya yakin bahwa anak ini akan mati atau setidaknya cacat lumpuh tidak bisa ngomong, karena dia selalu berkata dia tau semua hal yang ada dirumah ini. dan rumah pohon nya bisa mematai ke setiap ruangan.

    Bagi pembunuh yg cerdas maka dia akan memperhitungkan segala kemungkinan termasuk anak kecil.

    Namun setelah josephine sembuh dari luka, saya yakin ada yang salah sama anak ini. Di 10 menit terakhir saya punya 2 pilihan, bahwa jika anak ini tidak terbunuh maka dia pembunuhnya.

    BalasHapus
  10. filmnya tidak terlalu bagus, karakter detektifnya terlalu lemah.

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Peringkat Novel Agatha Christie

Saya benci pemeringkatan. Apalagi bila menyangkut penulis favorit Agatha Christie. Tetapi pemeringkatan menjadi keniscayaan - bukankah setiap pencipta agung mempunyai masterpiece? Dan mengenali sebuah masterpisece adalah tugas seorang reviewer. Maka saya menyematkan **** alias empat bintang untuk karya masterpiece, *** tiga bintang untuk karya 'out of the box', ** dua bintang untuk karya kategori bagus, dan satu bintang * untuk karya standar Agatha. Tentu saja ini subyektif, pendapat anda lebih benar. Klik di sini untuk melanjutkan.