Malam Tanpa Akhir (Endless Night, 1967)

Pasangan Michael Rogers (Mike) dan Ellie Lippincott sedang dinaungi kebahagian. Just merried! Seperti umumnya pasangan yang baru menikah, mereka merencanakan membeli atau membangun rumah baru. Rupanya pasangan ini lebih memilih membangun rumah baru. Meraka jatuh cinta pada Gipsy's Acre, sebuah nama yang aneh untuk sebuah tempat. Orang setempat menyebutnya sebagai lahan kutukan. Tapi bagi Mike, lahan ini adalah investasi yang menguntungkan. 

Arsitek jempolan Mr. Santonik kemudian diminta untuk menangani perencanaan sekaligus pembangunan rumah ini. Uang bukan masalah. Keluarga Lippincott dikenal sebagai milyuner Amerika terpandang. Rumah itu kemudian diberi nama Gipsy's Acre, sesuai nama lahan. Pasangan Rogers telah mengubah kutukan menjadi berkah.

Pelayan-pelayan terbaik direkrut. Diantaranya yang menonjol adalah Greta yang berkebangsaan Jerman. Lainnya kebanyakan diambil dari orang setempat. Para pelayan yang siaga 24 jam. Selain layanan rumahan pada umumnya, ada juga yang melayani hobi atau kebiasaan kaum aristokrat yang gandrung menunggang kuda. Semuanya berjalan bak dongeng.

Hingga Ellie tewas terjatuh dari kuda... kutukan Gipsy's Acre masih berlaku! Tak lama kemudian orang menyaksikan arwah Ellie gentayangan. Arwah yang mencari pembunuh yang telah merengut nyawanya... Malam tak pernah berakhir di Gipsy's Acre. Benar-benar sebuah malam tanpa akhir.


Behind The Story

Tak ada tokoh khusus detektif dalam novel ini. Penyelesaian kasus pembunuhan lebih diselesaikan dengan 'karma'. Endless Night pada situs resmi Agatha Christie dimasukkan pada genre supernatural. Pembunuhan dilakukan dengan peracunan, dicekik, dan 'jatuh' dari kuda. Mike sempat melihat 'penampakan'. Mungkin penampakan ini yang menjadikan novel ini supranatural. Tapi bukan supranatural bila Agatha mampu menyelesaikan novel ini dalam tempo enam minggu. Biasanya sang nenek menyelesaikan satu novel dalam kurun waktu 3 -6 bulan. Hebatnya lagi dilakukan pada saat menemani sang suami, Mallowan, berkunjung ke Amerika.

Dan ngomong ngomong, judul novel ini diambil dari sebuah puisi karangan William Blake yang berjudul  Auguries of Innocence:

Every night and every morn,
Some to misery are born,
Every morn and every night,
Some are born to sweet delight.
Some are born to sweet delight,
Some are born to endless night.

Nah, kalau Endless Love mah, itu lagu dari Lionell Richie dan Diana Rose. Jangan ketuker ya...

3 komentar:

  1. Sebenernya saya cukup suka resensi-resensi di blog ini. Sayang, ada beberapa resensi yg kebablasan. Nama pelakunya malah dikasih tau ke publik. Saya mikirnya, kasian yg belum baca. Cerita detektif itu menarik karena kita jadi ikut menabak-nebak siapa pelakunya. Jika sejak awal sosok pelakunya sudah dikasih tau, buat apalagi baca novelnya? Udah nggak menarik.
    Terima kasih...

    BalasHapus
  2. Wah keren mas Fikri,
    Saya sedang berfikir untuk menulis ulang seluruh resensi saya agar - seperti yang anda bilang - tidak kebabalasan. Ungkapan anda sungguh benar....

    BalasHapus
  3. Iya, Mas. Mending tulis ulang aja. Tapi ya nggak usah semuanya juga. Yg "kebablasan" aja. Contohnya, Malam Tanpa Akhir ini, ama Catatan Josephine...
    Udah sejak lama saya terbiasa baca resensi dari blog ini dulu (ama blog sebelumnya, yg satu lagi) sebelum mutusin beli bukunya. Buat referensi, ceritanya menarik atau nggak. Sukurnya, resensi yg saya baca dari sini nggak pernah yg sampai ngasih tau siapa pelakunya.
    Saya cuma kasian aja kalo ada orang lain kayak saya (yg lebih dulu baca resensinya di sini, baru kemudian baca bukunya). Dg dikasih tau pelakunya sejak awal, "sensasi" baca novel detektif nggak bakal dirasain lagi.
    Terima kasih.
    :)

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Peringkat Novel Agatha Christie

Saya benci pemeringkatan. Apalagi bila menyangkut penulis favorit Agatha Christie. Tetapi pemeringkatan menjadi keniscayaan - bukankah setiap pencipta agung mempunyai masterpiece? Dan mengenali sebuah masterpisece adalah tugas seorang reviewer. Maka saya menyematkan **** alias empat bintang untuk karya masterpiece, *** tiga bintang untuk karya 'out of the box', ** dua bintang untuk karya kategori bagus, dan satu bintang * untuk karya standar Agatha. Tentu saja ini subyektif, pendapat anda lebih benar. Klik di sini untuk melanjutkan.