Gajah Selalu Ingat (Elephants Can Remember, 1972)


Walaupun selama lima dekade Agatha Christie telah menelorkan kisah pembunuhan yang rumit-rumit, sebenarnya motif pembunuhan yang terjadi kebanyakan hanya berkutat pada dua hal: uang dan cinta. Jarang pembunuhan yang terjadi disebabkan motif kekuasaan dan atau politik (kecuali memang pada novel 'politik' model 'Empat Besar'). Pada novel ini motivasi cinta yang komplek menjadi latar sebuah pembunuhan.

Dikisahkan sepasang kembar identik, Dolly dan Molly mulai beranjak dewasa. Seperti kebanyakan kembar identik lainnya, mereka mempunyai hobi yang mirip, selera baju yang sama, tindak tanduk yang saling melengkapi, dan... pria yang dicintai sama pula. Di sini lah tragedi dimulai. Ravenscroft, lelaki yang tentara ini, mula mula mencintai Dolly yang lebih cantik. Tetapi kemudian memutuskan untuk menikahi Molly.

Di akhir cerita, cinta segitiga berujung maut dengan ketiga-tiganya mati terbunuh secara misterius. Masalahnya tidak berhenti sampai disana. Beberapa puluh tahun kemudian keturunan mereka menuntut kejelasan kematian orang tuanya demi keutuhan rencana pernikahan yang sudah di ambang pintu. Dan Adriane Oliver, sang penulis cerita detektif harus bertindak - karena sang calon pengantin adalah anak baptisnya. Kepada Hercule Poirot, seperti biasa, kasus ini dilimpahkan untuk dipecahkan. Gajah selalu ingat. Kepada mereka yang masih hidup dan menjadi saksi tragedi masa lalu, para gajah, sang detektif satu persatu minta kesaksian.


Hhhh, tahun 1972? Usia Agatha Christie di ambang 80an. Sebenarnya usia yang cocok untuk pensiun. Nyatanya si nenek masih terus aktif menulis. Barangkali kali pada masa itu, Agatha tidak lagi membuat cerita-cerita grande. Sekedar memuaskan para pecintanya? bisa jadi. Namun barangkali pada masa itu ilmu forensik sudah mulai berkembang. Forensik? Nah, bagi anda mania novel Agatha, di buku ini kita bisa sedikit menemukan kelemahan logika pembunuhan:

Disebutkan bahwa pada kejadian ditemukannya lokasi pembunuhan/ bunuh diri Ravenscroft dan Molly, ditemukan sidik jari mereka berdua (Molly dan Ravenscroft) pada senjata api yang mengakhiri hidup pasangan ini. Tetapi Poirot menyimpulkan kemudian bahwa wanita pasangan bunuh diri Ravenscroft bukanlah Molly, tapi Dolly. Di sinilah mungkin kelemahan (kealpaan?) Agatha. Kalau memang yang terbunuh adalah Dolly, pada saat itu polisi yang mengotopsi jenazah mereka- lewat uji sidik jari - akan menyimpulkan yang terbunuh adalah Dolly (ingat lho, tahun 1975 ketika kisah ini dibuat, teknologi pengenalan sidik jari sudah ada). Dan kisah pembunuhan akan terkuak pada saat itu juga, tanpa harus menunggu puluhan tahun kemudian, tanpa harus bikin Poirot repot.

Sebagai catatan akhir, novel ini adalah novel pamungkas yang ditulis Agatha sebelum meninggal. (walaupun sebagian berpendapat novel terakhir adalah Postern of Fate - Gerbang Nasib). Mungkin semacam permohonan dari penulisnya agar selalu dikenang, seperti gajah yang tak pernah lupa.

7 komentar:

  1. begini, mas. ini pendapat pribadi aja ya. Dalam beberapa kasus kembar identik, ada kembar yang betul-betul 'sama'. sama yang sama persis. Sampai, sidik jarinya pun sama. kasus seperti ini (yang sidik jarinya sama) hanya ada sedikit di dunia. Tapi, memang benar-benar ada. Lalu, bagaimana cara membedakannya?

    Nah, ini yang unik. Biasanya kembar yang seperti itu, malah punya 'sesuatu' yang sangat berbeda dan pasti tidak sama. dalam beberapa kasus, ada kembar yang sidik jarinya sama, tapi salah satu dari mereka selalu lebih tinggi dari yang lain (setahu saya ada yang cuma 2 cm dan selalu seperti itu). Sementara, Molly dan Dolly ini diceritakan berbeda dalam hal 'raut wajahnya'. Juga sifat-sifatnya, misal Dolly tidak suka anak kecil, pecemburu dan lain-lain.

    BalasHapus
  2. Wow, terima kasih mas Fauzi atas infonya. Sidik jari, DNA, nanti entah apalagi yang akan menjadi pendukung ilmu forensik. Tapi seperti yang Poirot bilang, tak ada yang menggantikan sel sel kelabu...

    BalasHapus
  3. Menurut saya ceritanya paling bisa di tebak..tapi AGATHA tetap bikin orang terkejut...

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  5. Yg paling bagus dr semua buku agatha adalah 10 anak negro

    BalasHapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Peringkat Novel Agatha Christie

Saya benci pemeringkatan. Apalagi bila menyangkut penulis favorit Agatha Christie. Tetapi pemeringkatan menjadi keniscayaan - bukankah setiap pencipta agung mempunyai masterpiece? Dan mengenali sebuah masterpisece adalah tugas seorang reviewer. Maka saya menyematkan **** alias empat bintang untuk karya masterpiece, *** tiga bintang untuk karya 'out of the box', ** dua bintang untuk karya kategori bagus, dan satu bintang * untuk karya standar Agatha. Tentu saja ini subyektif, pendapat anda lebih benar. Klik di sini untuk melanjutkan.