Dan Cermin pun Retak (The Mirror Crack'd From Side to Side, 1962)


Dalam dunia kami, dunia perfilman, perkawinan merupakan risiko profesi kami. Bintang-bintang film sering menikah. Kadang-kadang berbahagia, adakalanya merupakan malapetaka, tapi jarang yang kekal.. (hal.159).

Marina Gregg terkesiap, wajahnya membeku. Sementara para tamu terus berdatangan dalam acara amal yang diadakan di Gossington Hall. Tentu saja nama besar Marina yang menyebabkan pengunjung membludak. Namanya sering disandingkan dengan Greta Garbo, bintang Hollywood itu. Namun tragedi baru saja dimulai. Seorang pengunjung tiba-tiba tewas, hasil otopsi mengindisikan overdosis calmo, sejenis obat penenang yang diduga dilarutkan dalam gelas minuman korban. Mengapa, dan siapa yang tega dan berani berbuat itu di saat ruangan pesta penuh orang. Tak lama, sekretaris Marina tewas, disusul manajer dapur mati ditembak. Tragedi ditutup dengan kematian Marina sendiri. Pihak Scotland Yard saja tidak bisa menjelaskan rangkaian pembunuhan yang terjadi. Untung Miss Marple bisa...

Wajah membeku Marina menjelaskan banyak hal. Agak kurang masuk akal kalau disebabkan seorang pengunjung yang ngoceh tentang penyakit campak. Ini penuturan Mrs. Bantry ketika menggambarkan ekspresi wajah Marina itu,

Terbanglah sudah si penjerat
sambil mengambang meluas;
Cermin pun retak, dari sisi ke sisi:
"Nasib buruk telah menimpa diriku,"
seru the Lady of Shallot 
(hal.124)

Sepanjang pemahaman Jane, penyakit campak memang bisa berakibat fatal terutama bagi ibu yang sedang mengandung. Bayi yang kelak dilahirkannya berpotensi cacat. Namun yang tak terduga adalah cacat yang terjadi memicu dendam seorang ibu untuk membalas, dengan cara membunuh...

Ini cerita zig zag ala Agatha. Berlatar kehidupan para aktris-aktor pesohor:

Orang orang teater dan film itu pikirannya mudah berubah-ubah dan aneh-aneh. Kadang-kadang saya pikir makin jenius seseorang dalam bidang seni, makin kurang akal sehatnya dalam hidup sehari hari  (hal.171)

Ya, kurang akal yang melahirkan pembunuhan. Pembunuhan spontan tanpa perencanaan. Begitu sederhana, namun berhasil mengecoh semua orang. Eh, mungkin samar-samar anda mulai mengingat Gossington Hall?.... Hmm, itu bangunan bergaya Victoria di desa St. Mary Mead, tempat tinggal Jane Marple. Pernah juga menjadi lokasi cerita ' Mayat dalam Perpustakaan' - novel Marple terdahulu.

Behind The Story

Riset, riset, riset. Riset menghasilkan kedalaman. Kalau ditanya apakah salah satu resep sukses novel Agatha, salah satunya adalah pemahaman yang mendalam tentang sesuatu. Riset menjadikan setiap adegan mengalir natural, tidak palsu. Setiap orang benci kepalsuan. Agatha menawarkan realitas. Entah bagaimana Agatha melakukannya, tapi dia berhasil menghidupkan karakter Marina Gregg. Seorang selebritas yang sukses dengan stereotip kawin cerai dan penggunaan obat obatan.

Miss Jane Marple sedang duduk di jendelanya. Dari jendela itu tampak kebunnya, yang dulu merupakan kebanggaannya. Kini tidak lagi. Sekarang, bila dia melihat dari jendela itu, dia mengernyit dengan kesal. Sudah beberapa lama dia tak bekerja di kebun. Dia tak boleh lagi membungkuk, menggali, dan menanam - paling paling dia hanya boleh memangkas tanamannya sedikit.

Begitu cara Agatha Christie memulai novel ' Mirror Crack'd From Side to Side' terbitan 1962. Jangan bayangkan pembukaan model Dan Brown yang lansung tegang dan berbalut misteri. Novel novel Agatha selalu mulai dengan adegan kehidupan sehari-hari dan potret orang Inggris pada umumnya. Agak sedikit membosankan bagi yang belum terbiasa.

Membaca novel Agatha kadang seperti membaca novel situasi. Dengan jernih dia bisa menggambarkan kondisi sosial saat novel dibikin. Orang orang, gaya rambut, fesyen, dan tradisi yang mulai berubah. Jangan bandingkan dengan tokoh tokoh rekaan Karl May. Saya sendiri kadang ragu apakah dia benar benar pernah ke 'wild wild west' atau pernah ke sini, Indonesia. Atau hanya mengandalkan kemampuan imajinasi semata?

Inggris tahun 60an mungkin sama dengan di sini tahun 2000an. Di desa imajiner seperti St. Mary Mead tempat Miss Marple tinggal, mulai dibangun 'perumahan' dan munculnya sejumlah 'minimarket'. Adalagi kondisi yang sama. Yaitu mulai susahnya mencari pembantu rumah tangga yang berkualitas. Jane sadar semuanya pasti berubah.

Yang jelas, wanita-wanita di manapun kayaknya sama. Mereka suka ngobrol dan bergosip. Apalagi wanita wanita paruh baya yang tidak bekerja. Yang saya ceritakan adalah desanya Jane Marple. Trending Topic mereka kali ini apalagi kalau bukan hadirnya artis selebritis Marina Gregg dan suami ke 5-nya yang membeli rumah aristokrat 'Gossington Hall' di desa mereka. Apakah dia tidak letih dengan kawin cerai sebanyak lima kali itu, tanya Mrs. Bantry. Tak tahu, jawab Miss. Marple. Aku tak pernah menikah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Peringkat Novel Agatha Christie

Saya benci pemeringkatan. Apalagi bila menyangkut penulis favorit Agatha Christie. Tetapi pemeringkatan menjadi keniscayaan - bukankah setiap pencipta agung mempunyai masterpiece? Dan mengenali sebuah masterpisece adalah tugas seorang reviewer. Maka saya menyematkan **** alias empat bintang untuk karya masterpiece, *** tiga bintang untuk karya 'out of the box', ** dua bintang untuk karya kategori bagus, dan satu bintang * untuk karya standar Agatha. Tentu saja ini subyektif, pendapat anda lebih benar. Klik di sini untuk melanjutkan.