Mengail Di Air Keruh (Taken at the Flood, 1948)


" Saya mendatangi anda atas petunjuk roh halus". Poirot mengerjap ngerjap matanya...( hal 15).

Bombardir Jerman atas Inggris pada perang dunia kedua banyak menyisakan kepedihan para korban. Agatha Christie, salah seorang yang mengalami langsung pemboman itu, mengabadikan tragedi itu dalam novel ini, Taken at the Flood, yang dirilis pada tahun 1948.

Pada tahun 1944, pers ramai memberitakan tewasnya Gordon Cloude dalam sebuah pemboman yang tepat mengenai rumahnya. Dia termasuk dalam daftar orang terkaya di Inggris saat itu. Istrinya yang masih muda, Rosaleen, selamat. Dengan demikian dialah pewaris tunggal seluruh kekayaannya. Sementara saudara Cloude lainnya, Lionel dan Jeremy bersama istrinya masing-masing serta Rowley, sudah terlanjur sangat tergantung secara finansial kepada Gordon. Andai saja Rosaleen Cloude turut terbunuh.....

Poirot menyesalkan begitu bergantungnya keluarga Cloude kepada seorang Gordon. Situasi yang suatu saat mendorong orang untuk memeras, membunuh. Di sisi lain, David Hunter, kakak Rosaleen ikut bermain dengan memanipulasi mental dan keadaan untuk kepentingan pribadinya. 

Rosaleen akhirnya menjadi korban pembunuhan, sebenarnya korban ketiga. Korban pertama adalah seorang jenis pemeras dan penipu lihai. Korban kedua adalah Mayor Porter, tukang gosip berat dan suka ikut campur urusan orang. Dakwaan dialamatkan kepada keluarga Cloude, karena merekalah yang paling diuntungkan dengan tewasnya Rosaleen. Namun Poirot mensinyalir ada orang yang mengail di air keruh.

Yang membingungkan adalah endingnya. Walaupun terbukti ***** melakukan pembunuhan (karena tidak sengaja), bisa-bisanya dia bebas dari tangan hukum. Dan malah hepi-hepi dengan si Lynn Marchmont. Semaumulah, Agatha. Kadang kamu tidak fair menghukum si pembunuh.

Catatan khusus:

Terlepas dari sengit dan rumitnya alur cerita, saya senang Agatha memulai kisah dengan  menggambarkan desa dimana keluarga besar Cloude tinggal :

Warmsley Vale letaknya tersembunyi di tengah bukit bukit yang berpohon pohon. Tempat itu semula sebuah kota kecil kuno, tapi sekarang telah mengalami kemunduran hingga tinggal merupakan sebuah desa. Di situ terdapat jalan utama yang diapit rumah rumah bergaya georgia... (hal. 27)

Terkadang, penggambaran seperti itu, bernuansa sejarah dan kultur setempat, memudahkan kita masuk dalam alur cerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Peringkat Novel Agatha Christie

Saya benci pemeringkatan. Apalagi bila menyangkut penulis favorit Agatha Christie. Tetapi pemeringkatan menjadi keniscayaan - bukankah setiap pencipta agung mempunyai masterpiece? Dan mengenali sebuah masterpisece adalah tugas seorang reviewer. Maka saya menyematkan **** alias empat bintang untuk karya masterpiece, *** tiga bintang untuk karya 'out of the box', ** dua bintang untuk karya kategori bagus, dan satu bintang * untuk karya standar Agatha. Tentu saja ini subyektif, pendapat anda lebih benar. Klik di sini untuk melanjutkan.