Novel ini terbit pada tahun 1924, berarti hanya empat tahun setelah kemunculan pertama Poirot. Yang menarik adalah buku ini seolah menegaskan batas antara citra detektif Sherlock Holmes dengan generasi baru detektif ala Agatha. Generasi pertama yang juga dikenal dengan Sherlockian mewakili detektif generasi lama yang bekerja dengan metoda pengumpulan barang bukti (ditandai dengan seringnya dipergunakan simbol kaca pembesar pada sketsa/ maskotnya) dan keunggulan pisik dalam perkelahian. Agatha membuat perbedaan pada tokoh Poirot yang diciptakannya. Dalam banyak kesempatan, pada sel sel kelabu otaknya lah Poirot bekerja menyelesaikan kasus kasusnya. Bahkan ia tidak perlu khusus datang ke lokasi kejadian perkara. Dari jarak 225 Km, ia dapat menunjuk dengan tepat siapa pembunuh sesungguhnya di Hunter's Lodge (cerita keempat pada novel ini).
Pada awalnya saya kurang tertarik membaca buku ini karena isinya merupakan kumpulan cerita pendek saat Poirot dan Kapten Hastings menyelesaikan kasus demi kasus yang tidak berhubungan. Lebih asyik membaca novel utuh dimana Poirot hanya menangani satu kasus dalam satu novel. Namun setelah membaca lembar demi lembar, harus diakui prasangka itu salah. Buku ini really genius. Terdapat 11 kasus yang semuanya asyik asyik. Namun favorit saya adalah kasus ke 9, hilangnya Mr. Davenheim. Cerita ini agak lain dibanding pola pola cerita Agatha sebelumnya. Bercerita tentang hilangnya seorang bankir. kejutannya keren banget. Bila anda pecinta berat Agatha, pasti setuju bahwa cerita ini memang beda.
10 kasus lain memang khas Agatha. Dua cerita bertutur tentang perampokan permata, lalu obligasi, cerita kutukan raja Mesir Kuno, tentang warisan, dan tak lupa kasus internasional bernuansa politis. Setelah membaca buku ini saya ingin menambahkan gelar Queen of illusionist pada beliau. Ya, dengan hanya menganalisa sebuah cerita, Agatha bisa memunculkan seorang Perdana Menteri yang hilang diculik, menemukan permata yang hilang, dua kali menunjuk hidung bankir yang tidak jujur, dan mengatasi kutukan raja Mesir kuno! tanpa perlu berpeluh peluh membawa kaca pembesar mencari barang bukti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar