Saksi Bisu (Dumb Witness, 1937)


" Bella tak ada kekurangannya. Dia wanita yang baik sekali... meskipun begitu Bella belum dianggap sempurna. Bella kawin dengan orang asing -dan, bukan sekedar orang asing. Orang Yunani. Bagi Emily Arundell orang Yunani tidak lebih dari pada orang Yahudi (hal. 17).

Bukan sekali ini saja Agatha bersikap rasis. Dalam Crooked House, 1949, alis Catatan Josephine, bahkan lebih menonjol lagi. Entah kenapa dia kurang suka kepada dua bangsa ini. Yang jelas, Bella memang menikah dengan seorang dokter Yunani. Walau dokter... ya tetap saja Yunani. Mungkin itu yang ada dalam benak Emily Arundel sebelum kematiannya. Emily itu jenis aristoktrat Inggris, mungkin generasi terakhir.

Cerita dibuka dengan kematian perawan tua bernama Emily Arundel yang mula-mula dianggap wajar. Tetapi detektif kita, Hercule Poirot, tidak begitu saja percaya. Walaupun dokter menyimpulkan kematian disebabkan penyakit kuning yang telah lama diderita. Sepucuk surat yang datang terlambat memicu penyelidikan terhadap orang orang yang patut dicurigai. Kecurigaan makin bertambah karena ternyata warisan Nona Arundel - yang kaya itu - tidak diberikan kepada saudara saudara terdekatnya. Tetapi jatuh ke pelayan yang bernama Wilhelmina Lawson. Ada apa ini?

Mengungkapkan pembunuhan yang telah lama terjadi agak tidak mudah. Menggali ingatan para saksi hidup yang sudah mulai pudar semakin sulit. Hercule Poirot didampingi kapten Hastings kemudian fokus mencari profil yang cocok dengan teknik membunuh si pelaku. Dia digambarkan sebagai orang yang berpikir sederhana, faham kimia, obat, dan penyakit. Si pembunuh faham pula bahwa di usia senjanya, Emily orang yang mulai sakitan. Tapi anehnya walaupun terdapat tiga orang dokter dalam kisah tersebut, tak satupun yang menjadi pembunuhnya.

Jadi bukan masalah profesi, lebih ke profil psikologis. Memang novel ini sarat dengan analisa psikologis. Membuat pengetahuan tentang obat obatan dan racun menjadi kurang berarti. Hmm, masalah racun ini, kenapa ya selalu wanita yang menjadi peraciknya....

2 komentar:

  1. Saya kecewa dengan Agatha di novel ini. Dia mengeluarkan spoiler nama pembunuh di empat buku sebelumnya. Kenapa dia tidak menyebut nama kasusnya saja saat mendeskripsikan pembunuhnya, misal pembunuh di kasus ini. Kebetulan salah dua dari keempat novel itu belum saya baca.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Boleh tau kasus dari nov yg mana aja? Antisipasi biar bisa baca novel itu dulu sebelum dumb witness :(

      Hapus

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Peringkat Novel Agatha Christie

Saya benci pemeringkatan. Apalagi bila menyangkut penulis favorit Agatha Christie. Tetapi pemeringkatan menjadi keniscayaan - bukankah setiap pencipta agung mempunyai masterpiece? Dan mengenali sebuah masterpisece adalah tugas seorang reviewer. Maka saya menyematkan **** alias empat bintang untuk karya masterpiece, *** tiga bintang untuk karya 'out of the box', ** dua bintang untuk karya kategori bagus, dan satu bintang * untuk karya standar Agatha. Tentu saja ini subyektif, pendapat anda lebih benar. Klik di sini untuk melanjutkan.