Muslihat Dengan Cermin (They Do It With Mirror, 1952)

They Do It With Mirror ( Muslihat dengan Cermin). Panggung, isu dan pembunuhan. Ada yang tak beres dengan teman kita, kata Ruth Van Rydock. Carrie Louise, teman se-SMA kita mungkin hidupnya dalam bahaya. Percakapan dalam reuni kecil itu membawa Jane Marple mengunjungi Panti Rehabilitasi Remaja Stonygates. Panti?, mungkin lebih mendekati Rumah Sakit Jiwa alih-alih panti. Semacam proyek kemanusiaan untuk menangani para remaja 'bermasalah'. Sebuah proyek pilantropic yang digawangi Lewis Serrocold, suami Carrie sendiri.

Rumah sakit itu sekaligus menjadi rumah besar bagi dinasti Carrie Louise. Carrie yang telah menikah tiga kali, tinggal bersama suami, anak, anak tiri, mantu, dan cucu. Belum para psikiater dan para pembantu. Mungkin pribadi Carrie yang lembut dan penyayang menjadi magnet yang menjadikan mereka betah tinggal dalam komplek yang sebenarnya diisi orang-orang dengan gangguan mental.

Malapetaka terjadi ketika Christian Gulbrandsen, anak tiri dari suami pertama datang secara tiba tiba. Panggung sepertinya baru saja digelar. Di malam berkabut, saat keluarga berkumpul di ruang makan, tiba-tiba salah seorang staf rumah sakit, Edgar Lawson membuat keributan. Lewis mencoba menenangkannya di ruang kerjanya. Keributan terus berlanjut, sampai letusan pistol terdengar. Anehnya dua tembakan Lewis dari jarak dekat meleset. Kehebohan ternyata terus berlanjut, Miss Bellever - asisten Carrie - menemukan Christian tewas tertembak, setiap orang di rumah itu kontan menjadi tersangka....

Polisi yang datang kemudian mulai menanyai para saksi. Eh, malah berhembus isu kemungkinan peracunan terhadap Carrie. Isu yang kemudian menjadi nyata karena ditemukan arsenik dalam tonikum yang biasa diminumnya. Beberapa gejala keracunan arsenik juga terlihat,

.... istri saya menderita rematik, kaki kejang, linu linu, dan kadang kadang sakit. Semua itu sangat cocok dengan gejala gejala keracunan arsenik (hal.134).

Arah kasus semakin membingungkan manakala Alex - anak tiri Carrie - dan seorang pembantu tewas tertimpa layar di ruang teater. Rupanya mereka mulai mengendus akal muslihat si pembunuh Christian. Sebuah trik yang biasa digunakan pala ilusionis, pikir Jane Marple. Itu seperti muslihat dengan cermin...

Behind The Story

Anda pasti berpikir ini mestilah novel mengenai Rumah Sakit Jiwa. Tidak persis seperti itu. Inilah bahayanya kesalahan membuat dan menyandarkan gambaran besar sebuah cerita pada sinopsis yang 'keliru',

Untuk memenuhi janji kepada seorang teman sekolah lama, Miss Marple bersedia tinggal di sebuah rumah di daerah pedesaan - bersama dengan dua ratus remaja yang mengalami gangguan jiwa dan tujuh orang ahli waris harta seorang nyonya tua. Salah seorang dari mereka adalah pembunuh.... (sinopsis dari cover belakang buku)

Nah, see... pikiran anda pasti berkelana membayangkan Miss Marple menyusuri lorong lorong RS dimana para pasien berteriak teriak gila... dan salah seorangnya adalah pembunuh berbahaya.

seperti yang saya tulis di atas, Stonygates memang panti rehabilitasi remaja bermasalah, tetapi juga rumah besar bagi dinasti Carrie Louise. Panggung Agatha kali ini bukan pada kehidupan para pasien, tetapi pada kehidupan rumah tangga Carrie. Jadi embel embel Rumah Sakit Jiwa hanya sedikit mendapat porsi cerita. Namun saya suka dengan satir percakapan ini,

"... sebentar, Dr.Maverick. Menurut anda, apakah pemuda ini betul betul kasus kejiwaan?"
Dr.Maverick kembali tersenyum angkuh.
" Kita semua adalah kasus kejiwaan, Inspektur Curry"
(hal.169)

Ha ha ha. kita ini memang pada dasarnya adalah kasus kejiwaan, saya suka itu, I like this!

Barangkali anda yang telah terbiasa dengan novel Agatha sudah mulai hafal dengan puzzle ala Agatha, sehingga kurang melayani jebakan Agatha dengan kisruh rumah tangga Gina - Wally. Tetapi memang sulit menghindari isu peracunan arsenik terhadap Carrie. Atau mulai waspada dengan keanehan Edgar Lawson. Padahal adegan pertengkaran Lewis - Edgar adalah yang paling konyol, dan paling dibuat buat. Sehingga bila anda tidak dipusingkan dengan adegan-adegan lainnya, ini saja sudah cukup untuk menebak pelaku pembunuhan. Masa menembak dari jarak kurang dari semeter meleset? (Saya tidak 'spoil', kan?).

Bagaimana komparasi novel ini dibanding kasus Marple lainnya? Hmm, saya pikir ini bukan kasus terbaik Miss Marple. Novel ini adem ayem saja. Di luar kerumitan silsilah keluarga, teknik pembunuhannya tergolong sederhana dan biasa.

2 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Peringkat Novel Agatha Christie

Saya benci pemeringkatan. Apalagi bila menyangkut penulis favorit Agatha Christie. Tetapi pemeringkatan menjadi keniscayaan - bukankah setiap pencipta agung mempunyai masterpiece? Dan mengenali sebuah masterpisece adalah tugas seorang reviewer. Maka saya menyematkan **** alias empat bintang untuk karya masterpiece, *** tiga bintang untuk karya 'out of the box', ** dua bintang untuk karya kategori bagus, dan satu bintang * untuk karya standar Agatha. Tentu saja ini subyektif, pendapat anda lebih benar. Klik di sini untuk melanjutkan.